Drama dan Perkembangannya
pentas drama desir |
Hanya saja dalam pementasan tokoh dan peristiwa dalam drama betul-betul bisa tervisualisasikan. Jadi, drama termasuk karya sastra, dalam pengertian “karya sastra yang tidak murni“. Drama adalah karya sastra yang mengandung aspek sastra dan aspek teater sekaligus.
Bertolak dari sejumlah pendapat di atas dapat diambil kejelasan bahwa yang paling substansial dari drama adalah aksi. Dengan demikian, setiap aksi akan memotivasi lahirnya konflik konflik yang diwujudkan dalam bentuk dialog. Berdasarkan istilah tersebut akhirnya dapat disimpulkan bahwa:
1 drama termasuk salah satu cabang seni sastra;
2 substansi drama adalah aksi;
3 drama cenderung mementingkan dialog, gerak, dan perbuatan;
4 drama adalah cerita yang biasa dipentaskan di atas panggung;
5 drama membutuhkan ruang, waktu, dan penonton.
Ada berbagai istilah yang dikemukakan para ahli untuk karya seni yang bernama drama. Oemarjati mempergunakan istilah “lakon”, sedangkan Jassin, Aston & Savona menggunakan istilah drama. Bakdi Soemanto lebih cenderung menggunakan istilah drama. Ahli semiotika teater Keir Elam juga menggunakan istilah drama. Istilah-istilah lain yang sering dipergunakan adalah “lakon”, “naskah”, “text play”, dan “repertoir”. Berbagai fakta yang ada menunjukkan bahwa lebih banyak ahli teater yang mempergunakan istilah “drama” dibandingkan istilah lain. Mereka antara lain Djoko Damono, Jassin, Bakdi Soemanto, Aston & Savona, Elam.
Pustaka
- Boen Sri Oemarjati, Bentuk Lakon dalam Sastra Indonesia (Jakarta: Gunung Agung, 1971), 14.
- Jassin, H.B. Kesusateraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei II. Jakarta: Gramedia, 1985
- Elain Aston & George Savona, Theatre as Sign-System: A Semiotics of Text and Performances (London: Routledge, 1991), hal 10.
- Bakdi Soemanto, Jagat Teater (Yogyakarta: Media Pressindo, 2001) hal 3.
- Keir Elam, The Semiotics Theatre and Drama (London: Methuen Drama, 1991), hal 2.
- Sudjiman, Panuti, Ed. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia, 1984.
Comments
Post a Comment