PROFIL JURI CIPTA PUISI DAN CERPEN UMUM 2019

Assalamualaikum
Krub, sekarang Desir bagi info lagi nih seputar penjurian lomba Cipta Puisi dan Cerpen 2019. Postingan ini untuk juri Kategori Umum ya, Krub. Semoga bermanfaat buat Krub semua.

JURI CIPTA PUISI UMUM 2019

1. ABDUL HADI WM


Prof. Dr. Abdul Hadi WM atau nama lengkapnya Abdul Hadi Wiji Muthari (lahir di Sumenep, 24 Juni 1946) adalah salah satu sastrawan, budayawan dan ahli filsafat Indonesia. Ia dikenal melalui karya-karyanya yang bernafaskan sufistik, penelitian-penelitiannya dalam bidang kesusasteraan Melayu Nusantara dan pandangan-pandangannya tentang Islam dan pluralisme.

2. SUTARDJI CALZOUM BAHRI


Sutardji Calzoum Bachri (lahir di Rengat, Indragiri Hulu, 24 Juni 1941) adalah pujangga Indonesia terkemuka. Setelah lulus SMA Sutardji Calzoum Bachri melanjutkan studinya ke Fakultas Sosial Politik Jurusan Administrasi Negara, Universitas Padjadjaran, Bandung. Pada mulanya Sutardji Calzoum Bachri mulai menulis dalam surat kabar dan mingguan di Bandung, kemudian sajak-sajaknyai dimuat dalam majalah Horison dan Budaya Jaya serta ruang kebudayaan Sinar Harapan dan Berita Buana.

Dari sajak-sajaknya itu Sutardji memperlihatkan dirinya sebagai pembaharu perpuisian Indonesia. Terutama karena konsepsinya tentang kata yang hendak dibebaskan dari kungkungan pengertian dan dikembalikannya pada fungsi kata seperti dalam mantra.
Pada musim panas 1974, Sutardji Calzoum Bachri mengikuti Poetry Reading International di Rotterdam. Kemudian ia mengikuti seminar International Writing Program di Iowa City, Amerika Serikat dari Oktober 1974 sampai April 1975. Sutardji juga memperkenalkan cara baru yang unik dan memikat dalam pembacaan puisi di Indonesia.

Sejumlah sajaknya telah diterjemahkan Harry Aveling ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan dalam antologi Arjuna in Meditation (Calcutta, India), Writing from the World (Amerika Serikat), Westerly Review (Australia) dan dalam dua antologi berbahasa Belanda: Dichters in Rotterdam (Rotterdamse Kunststichting, 1975) dan Ik wil nog duizend jaar leven, negen moderne Indonesische dichters (1979). Pada tahun 1979, Sutardji dianugerah hadiah South East Asia Writer Awards atas prestasinya dalam sastra di Bangkok, Thailand.

O Amuk Kapak merupakan penerbitan yang lengkap sajak-sajak Calzoum Bachri dari periode penulisan 1966 sampai 1979. Tiga kumpulan sajak itu mencerminkan secara jelas pembaharuan yang dilakukannya terhadap puisi Indonesia modern.


JURI CIPTA CERPEN UMUM 2019

1. MAMAN S MAHAYANA

Maman S. Mahayana (lahir di Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, 18 Agustus 1957) adalah seorang sastrawan berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal melalui karya-karyanya berupa puisi, prosa, artikel, dan buku-buku pelajaran bagi sekolah. Selain mengajar di perguruan tinggi, Maman juga seorang peneliti. Dia merupakan salah satu penerima Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya dari Presiden Republik Indonesia, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono (2005).

Maman S. Mahayana menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FS UI) pada tahun 1986, dan sejak itu ia mengajar di almamaternya yang kini menjadi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI). Tahun 1997 selesai Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Kini tinggal di Seoul dan menjadi pengajar di Department of Malay-Indonesian Studies, Hankuk University of Foreign Studies, Seoul, Korea Selatan. Selain mengajar, ia banyak melakukan penelitian. Beberapa hasil penelitiannya antara lain, ''Inventarisasi Ungkapan-Ungkapan Bahasa Indonesia'' (LPUI, 1993), ''Pencatatan dan Inventarisasi Naskah-Naskah Cirebon'' (Anggota Tim Peneliti, LPUI, 1994), dan ''Majalah Wanita Awal Abad XX (1908-1928) (LPUI, 2000).

2. AHMADUN Y. HERFANDA


Ahmadun Yosi Herfanda atau juga ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YH (lahir di Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, 17 Januari 1958), adalah seorang penulis jurnalis dan sastrawan berkebangsaan Indonesia. Dia menulis esai sastra, cerpen, dan sajak sufistik sosial-religius. Sementara, cerpen-cerpennya bergaya karikatural dengan tema-tema kritik sosial. Ia juga banyak menulis esai sastra. Ahmadun merupakan salah satu pendiri Komunitas Sastra Indonesia bersama Medy Loekito, Diah Hadaning, dan lain-lain.

Sejak menjadi mahasiswa, Ahmadun telah aktif sebagai editor dan jurnalis. Dimulai dari Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta (1983-1999), lalu di Harian Yogya Post (1999-1992), Majalah Sarinah (bersama Korrie Layun Rampan, 1992-1993), dan terakhir di Harian Republika Jakarta (1993-2010). Di harian Republika ia menjabat sebagai Redaktur Sastra, Koordinator Desk Opini dan Budaya, dan Asisten Redaktur Pelaksana. Karier strukturalnya tidak begitu ia perhatikan, karena kesibukannya dalam menulis karya kreatif, mengelola acara-acara sastra, dan menjadi nara sumber berbagai workshop penulisan, mengajar di sejumlah perguruan tinggi, mengisi diskusi, pentas baca puisi, serta seminar sastra di berbagai kota di tanah air dan mancanegara. Dalam perjalanan karier terakhirnya (di Republika), aktivitas sastra lebih banyak menyedot kecintaannya daripada kerja jurnalistik.

3. RIDA K. LIAMSI


Rida K. Liamsi (lahir di Dabo, Singkep, Lingga, Kepulauan Riau, 17 Juli 1943;) adalah sastrawan dan budayawan Melayu berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal melalui karya-karyanya berupa puisi yang dipublikasikan di berbagai surat kabar. Rida merupakan pemrakarsa diselenggarakan Festival Hari Puisi Indonesia yang dimulai sejak tahun 2014, bertempat di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki. Selain sebagai sastrawan, Rida juga menekuni profesi sebagai guru dan pewarta yang sekarang memegang kendali grup media Riau Pos. Atas ketokohannya di dunia sastra, Rida K. Liamsi telah menerima banyak penghargaan dari berbagai pihak, kerap di undang di banyak perhelatan, baik dalam negeri maupun luar negeri untuk menjadi pembicara masalah-masalah kebudayaan, khususnya kebudayaan Melayu, ekonomi, dan sosial, serta membacakan karya-karyanya antara lain di Melaka, Johor Bahru, Kuala Lumpur, Seoul, dan Hanoi.

Rida K. Liamsi lahir di Dabo, Singkep, Lingga, Kepulauan Riau tanggal 17 Juli 1943. Dia mengawali kariernya sebagai guru sekolah dasar di Kepulauan Riau, pada tahun 1967–1975. Ia juga bergiat dalam penulisan sastra dan berita, dan menjadi bagian yang menyatu dengan sejarah dan gairah kesenian di Kota Tanjungpinang dasawarsa 1960-an hingga awal 1980-an.

Sebagai jurnalis, ia pernah bekerja di Berita Buana (1972 – 1973), majalah Tempo (selama 5 tahun), dan surat kabar Suara Karya (5 tahun); semuanya terbit dan berkantor induk di Jakarta. Kemudian dia dipercaya memimpin surat kabar mingguan Genta pada taun 1983, di Pekanbaru. Dalam lingkup komunitas wartawan ini, ia pernah menjabat sebagai Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Riau.

Pada tahun 1991, Rida K. Liamsi memimpin Riau Pos melalui pendekatan profesional di Pekanbaru. Sampai dengan tahun 2015, di bawah payung Grup Riau Pos, Rida K Liamsi memimpin 23 koran harian, 5 portal, 5 televisi, satu radio siar, dan satu provider jaringan maya; tersebar di Sumatra bagian tengah dan utara, dengan pusat kendali di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau.

Di bawah naungan Riau Pos juga, Rida K Liamsi mendirikan Yayasan Sagang, yang sejak 1997, setiap tahun memberi penghargaan untuk budayawan/seniman, karya, lembaga budaya, dan peliputan budaya, khususnya kebudayaan Melayu. Para penerima anugerah ini adalah pribadi dan lembaga yang dipandang berperan penting dalam pengayaan kebudayaan dan peradaban Melayu dalam lingkup luas alam Melayu, termasuk dari negara-negara serumpun. Tahun 2011, Majalah Sagang menandatangani kesepakatan kerja sama dengan majalah sastra Korea Selatan, Sipyung.

Yayasan Sagang juga mendirikan Majalah Sagang, satu-satunya majalah budaya Indonesia. Sejak tahun 2010, yayasan yang dipimpinnya ini juga mengelola Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR), atas keinginan pengelola sebelumnya yakni Yayasan Pusaka Riau. Akademi ini sekarang berproses menjadi Sekolah Tinggi Seni Riau.

(Referensi dari Berbagai Sumber)

Comments

Popular posts from this blog

PROFIL JURI LOMBA CIPTA PUISI DAN CERPEN PELAJAR 2019